Aksi Konservasi ala Wanapaksi

by - March 07, 2023

Penulis: Sujarwo* | Penyunting: Sidiq Harjanto

  

Sebelum terbentuknya KTH Wanapaksi, kami sebenarnya adalah para pemburu burung. Hingga kira-kira tahun 2013 – 2014, kami merasakan kicauan burung kok semakin jarang terdengar. Hutan dan kebun menjadi sepi. Beberapa waktu kemudian, pengamat burung dan fotografer satwa liar berdatangan. Pemerintah desa telah mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes) Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pelestarian Lingkungan Hidup. Segala hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup di Jatimulyo diatur oleh perdes tersebut. Salah satunya adalah larangan berburu burung.

Di tahun 2015, berdiri sebuah unit usaha pengolahan kopi yang dirintis oleh Imam Taufiqurrahman, Sidiq Harjanto, dan Kelik Suparno yang diberi nama Kopi Sulingan. Bisnis olahan kopi ini berhasil meningkatkan harga jual buah kopi dari harga Rp. 2.000,- per kg menjadi Rp. 6.000,-. Hal ini memberi motivasi sehingga masyarakat Jatimulyo kembali merawat kopi.

Pada tahun 2016, Kopi Sulingan mengawali adopsi sarang yang biayanya didapatkan dari sebagian keuntungan penjualan kopi. Plang larangan berburu juga dipasang di beberapa titik strategis. Kopi Sulingan menginspirasi warga untuk turut berpartisipasi dalam upaya konservasi. Akhirnya kami bersepakat untuk berhenti memburu burung dan bertekad menjadi pengaman burung di Jatimulyo dari perburuan. 

Tekad untuk melestarikan burung dibuktikan oleh beberapa mantan pemburu burung di lingkup Gunungkelir yang membentuk Masyarakat Pemerhati Burung Jatimulyo (MPBJ). Kelompok ini sebagai pelestari burung, menjadi garda depan dalam mengawal Perdes 8/2014, khususnya penegakan pasal pelestarian burung. 

Selain MPBJ, dibentuk juga kelompok budidaya lebah klanceng dengan tujuan pemanfaatkan potensi lebah liar di sekitar tempat tinggal warga. Budidaya klanceng juga ditujukan untuk mengalihkan perburuan burung supaya supaya mendapatkan pemasukan dari sumber lain yang sifatnya berkelanjutan.  

Seiringnya berjalannya waktu, kami sering kedatangan tamu pengamat burung dan fotografer dan sering adanya kunjungan dari berbagai instansi. Untuk mengakomodir kegiatan yang semakin berkembang, kami sepakat membentuk kelompok formal yaitu Kelompok Tani Hutan (KTH) WANAPAKSI di tahun akhir 2018, tepatnya pada 2 Desember 2018. Anggota awal kelompok kami pada waktu itu sebanyak 52 orang. Selanjutnya, MPBJ dan kelompok budidaya lebah melebur ke dalam organisasi KTH Wanapaksi.

Pembinaan generasi muda menjadi salah satu program prioritas Wanapaksi

Di awal, Wanapaksi memang fokus pada konservasi burung. Namun, seiring berjalannya waktu kami sadar harus menjaga habitatnya juga. Konservasi burung tanpa menjaga habitat tentu saja sulit, karena habitat memiliki arti penting bagi kehidupan burung. Program ungulan kami adalah adopsi sarang, dan pengembangan ekonomi dari hutan rakyat, seperti budidaya kopi, produksi gula, dan aneka keripik dedaunan. 

Sebagai upaya memelihara lingkungan, anggota KTH Wanapaksi setiap awal musim hujan selalu menanam pohon di lokasi resapan air. Harapan kami, air tetap melimpah, tanaman subur, dan otomatis burung-burung akan semakin banyak.

KTH Wanapaksi terbuka menerima siapa saja yang ingin belajar bersama. Beberapa KTH maupun kelompok lain dari berbagai daerah di Indonesia telah berkunjung untuk studi banding tentang konservasi dan pengelolaan hutan rakyat. Kami juga mempunyai paket eko-eduwisata di antaranya: pengamatan burung, budidaya lebah klanceng, pembuatan gula semut, dan proses pembuatan kopi.

Tahun ini, kami telah membuat rancangan program yang akan dijalankan KTH Wanapaksi selama 5 (lima) tahun ke depan.  Program ini disusun melalui penjaringan aspirasi dari anggota sejak tahun kemarin. Inti dari program-program yang akan dijalankan meliputi: konservasi burung dan habitatnya, penguatan generasi muda Wanapaksi, dan pengembangan ekonomi berbasis hutan rakyat. 

Kami mengharapkan dukungan dari berbagai pihak untuk menyukseskan program-program ini. Semoga dengan berjalannya program-program ini bisa mewujudkan cita-cita kami, menjadikan Jatimulyo sebagai pionir 'desa ramah burung' di Indonesia. Salam Lestari!

 

*Sujarwo adalah Ketua KTH Wanapaksi periode tahun 2022-2023.

Foto: dok KTH Wanapaksi

You May Also Like

0 comments