Wanapaksi terima kunjungan pemuda Mendolo

by - June 10, 2023

Penulis: Supangat | Penyunting: Sidiq Harjanto 

Foto jepretan Mas Kir.

Pada hari Senin – Selasa, 5 – 6 Juni 2023, KTH Wanapaksi kedatangan tamu spesial, yaitu Paguyupan Petani Muda (PPM) Mendolo. Cuaca dingin, berkabut, dan agak grimis tak menyurutkan semangat kawan-kawan pemuda yang berasal dari Desa Mendolo, Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan. Jauh-jauh dari Pekalongan, kedatangan mereka adalah dalam rangka “sinau bareng” bersama Wanapaksi. 

Semakin banyak saja kelompok yang melakukan kunjungan studi banding ke Wanapaksi. Bukan masalah kami sudah pintar, saya kira mereka datang untuk melihat dan membuktikan langsung apakah yang mereka dengar tentang kami benar-benar diterapkan atau dilakukan. Wanapaksi sendiri tampaknya sudah cukup konsisten, meskipun yang dilakukan masih terbilang hal-hal kecil, namun bukan wacana semata. 

Oke, kembali ke kunjungan PPM Mendolo. Setelah disambut Ketua Wanapaksi Bapak Sujarwo dan beberapa anggota lain, para peserta diantar ke homestay yang dikelola para anggota KTH Wanapaksi yang dikoordinir Ibu Yuni. Malamnya, kami berkumpul di Omah Kopi Sulingan untuk perkenalan anggota kelompok dari kedua pihak, dilanjutkan diskusi berbagi pengalaman masing-masing. 

Pertanyaan yang paling banyak muncul adalah bagaimana cara Wanapaksi mengelola organisasi dan kegiatan mulai dari wisatanya, homestay, adopsi sarang, dan lain sebagainya. Bagaimana strategi Wanapaksi untuk mengatur banyak anggota, sedangkan di tempat lain untuk sekadar mengumpulkan orang saja susah. 

Saya jadi teringat bahwa awal-mulanya susah juga untuk mengembangkan kegiatan di Wanapaksi. Saat uji coba homestay, misalnya. Kami harus keliling dari rumah ke rumah untuk menawarkan rencana tersebut. Para warga rata-rata bilang tidak percaya diri, rumahnya tidak layak, belum punya kasur, dll.  

Hal yang perlu ditekankan adalah kita mesti bisa meyakinkan tuan rumah bahwa tidak masalah dengan kondisi yang seadanya. Kelengkapan yang paling utama adalah kamar mandi dan toilet. Sementara yang lainnya, dilengkapi sambil jalan. Ilmu tinemu kanti laku, yang penting mau berproses dulu. 

Di sela-sela diskusi malam itu, ada jeda istirahat sebentar, mendengar dan menyaksikan pertunjukan rondha thek-thek besutan para sesepuh KTH Wanapaksi. Saking serunya, salah satu aggota PPM Mendolo bahkan ikut tampil beryanyi. Dalam sebuah kelompok yang kami lakukan agar tetap solid adalah menerapkan pembagian peran masing-masing anggota. Melalui rondha thek-thek ini misalnya, para anggota senior tetap bisa menyalurkan hobi sekaligus mengajarkan kepada yang lebih muda. 

Berbagi pengalaman menjadi interpreter.

Saya rasa, prinsip pembagian tugas sangat penting dalam organisasi. Di dalam kepengurusan KTH Wanapaksi ada ketua, bendahara, sekretaris, koordinator-koordinator antara lain: konservasi, wisata, pemberdayaan perempuan, homestay, kaderisasi, dan humas. Masing-masing harus bekerja sama agar semuanya bisa sinergis. 

Di KTH Wanapaksi, kami melakukan pertemuan rutin tiap bulan. Tujuannya agar kita bisa saling tatap muka untuk membahas program, termasuk kendalanya. Setiap koordinator wajib menyampaikan apakah ada masalah atau kendala tersebut. Semua lalu dibahas untuk dipecahkan bersama. 

Kami juga melakukan pendelegasian secara adil. Misalnya ketika ada peluang pelatihan, informasinya dishare kepada anggota. Hal ini untuk menghindari ungkapan “ajek kok kowe terus”, biar semua bisa berproses tanpa merasa dibeda-bedakan. Biar kelompok tetap sehat, transparansi keuangan juga menjadi hal yang wajib. 

Belajar membuat rangka hide untuk pengamatan burung dan satwa liar.

Program unggulan kami adalah Adopsi Sarang. Program ini tujuannya untuk menambah populasi burung, terutama yang terancam punah seperti burung sulingan (Cyornis banyumas). Dana adopsi terutama digunakan untuk operasional penjagaan sarang. Selain itu, juga disalurkan sebagai kompensasi kepada penemu/pelapor sarang, pemilik lahan tempat bersarang, tim piket/penjaga sarang, kas KTH, dan kas RT. 

Meskipun nilainya tak seberapa besar, tetapi warga masyarakat jadi cenderung merasa ikut memiliki dan pada akhirnya juga ikut menjaga. Hal ini sangat sejalan dengan semangat melaksanakan Perdes Nomor 08/Tahun 2014 Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup di lingkup Kalurahan Jatimulyo. 

Program lainnya yang pernah dijalankan Wanapaksi adalah pengamatan burung bersama warga. Kami lakukan tiap bulan, bergantian di 12 padukuhan di Jatimulyo. Tujuannya selain kami mendapatkan data burung, juga agar warga lebih peduli dengan lingkungan di sekitar mereka. Kami menjalin mitra dengan Yayasan Kanopi Indonesia, Bisa Indonesia, Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ), Biolaska, Bionic, dan masih banyak lagi.

Kami berharap agar apa yang kami sampaikan dalam diskusi kemarin bisa memberikan manfaat bagi PPM Mendolo. Semoga melalui kunjungan tersebut, bisa terbentuk kerjasama antar dua kelompok yang sama-sama sedang mengupayakan pelestarian alam di desa masing-masing. Salam Lestari!


You May Also Like

0 comments