Konservasi Laba-Laba di Kawasan Jatimulyo: Peran Penting dalam Produksi Kopi

by - August 08, 2023

Penulis:  Alfian Surya Fathoni, Canavalia Wedelia Arfentri, Nur Roid Nafiatul Azizah, M Ikhsan Al Ghazi, Naufal Urfi Dhiya'ulhaq, Raafi Nur Ali

 
Laba-laba Cheiracanthium daquilium (Cheiracanthiidae) (Dok. Alfian S. Fathoni)

Kalurahan Jatimulyo menjadi salah satu hotspot keanekaragaman hayati, geodiversitas, dan budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bentang alam Jatimulyo sebagai bagian dari perbukitan karst Menoreh didominasi oleh hutan rakyat atau wanatani. Sistem pemanfaatan lahan yang juga bisa disebut dengan agroforestri.

Masyarakat lokal telah lama menerapkan hutan perkebunan dengan menanam tanaman keras, seperti pohon kelapa, aren, dan sengon yang menaungi pohon kopi, coklat, dan vanili. Kombinasi perbukitan Menoreh yang hijau dengan hutan perkebunan yang rapat itu membuat Jatimulyo menjadi habitat kehidupan alam liar yang bagus. Hal inilah yang ikut menjadikannya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi (Mufti, 2020). 

Jatimulyo menggaungkan diri sebagai “Desa Ramah Burung”, sebuah aksi konservasi nyata yang dilatarbelakangi hilangnya kicauan burung di pagi hari akibat praktik perburuan di masa lalu. Berbicara konservasi di sana, terdapat hal yang menarik dari komoditas perkebunan, yaitu kopi. Tahun 2014 tercetus ide untuk menjadikan kopi sebagai “duta konservasi burung” di Jatimulyo. Langkah ini disusul setahun berikutnya, dengan mendirikan “Kopi Sulingan” yang menjadi simbol harmonisasi hubungan antara manusia, alam, dan satwa. Nama ini diambil dari nama burung kicauan, yaitu sulingan atau tledekan dengan nama latin Cyornis banyumas. Burung sulingan sendiri dipilih sebagai nama karena jenis itu menjadi burung kebanggaan masyarakat Jatimulyo (Sulfiantono, 2018).

Jatimulyo seluas 1.600 ha dengan ketinggian antara 300-800 meter di atas permukaan laut memiliki jenis kopi yang dibudidaya sejak zaman kolonial, yaitu kopi robusta (dominasi) dan arabika dataran rendah (unik & istimewa). Nostalgia tulisan Imam Taufiqurrahman,  Sidiq Harjanto, dan Kelik Suparno yang berjudul “Birds and Coffee: community-led conservation in Jatimulyo village, Yogyakarta, Java, Indonesia” (Taufiqurrahman dkk, 2019) mencatat setidaknya ada 99 spesies burung di Jatimulyo. Kami (Kalamangga), menuliskan “Laba-laba dan Kopi: pentingnya konservasi laba-laba dan dampaknya terhadap komoditas kopi di Jatimulyo”. Tercatat lebih dari 148 spesies laba-laba di Jatimulyo dari pendataan kami sepanjang 2023 ini.

 

Laba-laba dari Suku Thomisidae (Dok. Alfian S. Fathoni)

Kopi sebagai komoditas unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan usaha konservasi biodiversitas di Jatimulyo, tentunya memiliki gangguan berupa agroklimat dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (Heryanto, 2021). Di sinilah peran beberapa spesies laba-laba sebagai pengontrol hama tanaman kopi jarang diketahui, bahkan dianggap tidak memiliki peran secara langsung oleh masyarakat awam. 

Laba-laba diperkirakan memakan 400-800 juta ton mangsa pertahun dalam berbagai tipe ekosistem (Nyffeler & Birkhofer, 2016). Hal tersebut membuat keberadaan laba-laba pada suatu habitat, terutama lahan agrikultur sangat penting untuk menekan populasi hama tanaman budidaya. Sekitar setengah dari semua jenis laba-laba di dunia menggunakan jaring untuk menangkap mangsa, sementara setengahnya lagi menangkap mangsa tanpa mengandalkan jaring (Taylor, 2013). Perilaku berburu laba-laba dilakukan dengan bersembunyi atau mengejutkan mangsa, seperti famili Thomisidae, atau dengan mengintai dan mengejar mangsanya seperti famili Salticidae.

Selain menjadi predator, laba-laba juga memberikan kontribusi penting dalam ekosistem di kawasan Jatimulyo. Jaring laba-laba Nephilla pilipes seringkali menjadi material sarang bagi beberapa burung pemakan serangga, seperti empuloh janggut (Alophoixus bres) dan kehicap ranting (Hypothymis azurea). Jaring laba-laba ini berperan sebagai perekat bagi material-material lainnya (BirdNote, 2022). Beberapa burung pemakan serangga menjadikan laba-laba sebagai bagian dari pakannya. Selain itu, laba-laba mengandung banyak senyawa taurine yang sangat penting untuk pertumbuhan anakan burung (BirdFact, 2021).

Nephila pilipes (Dok. Alfian S. Fathoni)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh kelompok Kalamangga Jogja, terdapat 148 jenis laba-laba dan 36 jenis di antaranya ditemukan di sekitar komoditas kopi. Laba-laba dari famili Salticidae, Cheiracanthiidae, Araneidae, Tetragnathidae, Oxyopidae, Clubionidae, dan Lycosidae yang telah ditemukan memiliki peran sebagai pengontrol hama (Sarma et al. 2013). Peran ini sangat bermanfaat bagi keberlangsungan produksi kopi di Jatimulyo.

Dengan melindungi habitat laba-laba, keberlanjutan produksi kopi yang berkualitas tinggi di Jatimulyo dapat dipastikan, sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati yang ada. Harapan kami aksi nyata yang selaras dengan Peraturan Desa No 08 Tahun 2014 Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup dapat terus terjaga.dari generasi kini sampai generasi selanjutnya.  


DAFTAR PUSTAKA
BirdFact. 2021. Do Birds Eat Spiders? (Complete Guide). Diakses pada laman : https://birdfact.com/articles/do-birds-eat-spiders pada tanggal 28 juli 2023
BirdNote. 2022. Spider Silk - Duct Tape for Bird Nests: A flexible, resilient material for construction and repair. Diakses pada laman : https://www.birdnote.org/listen/shows/spider-silk-duct-tape-bird-nests pada tanggal 28 juli 2023
Taylor, B. 2013. Sensational Spiders: A comprehensive guide to some of the most intriguing creatures in the animal kingdom. Armadillo.
Heryanto, R. 2021. Mengenal Ciri-ciri, Gejala, Serangan dan Pengendalian Hama Tanaman    Kopi (Coffea sp.). BPPSDMP: Kementerian Pertanian.
Mufti, F. 2020. Struktur Komunitas dan Upaya Konservasi Burung Di Desa Jatimulyo, Kulon Progo, D.I.Y. Thesis. Biologi: UGM
Nyffeler, M. & K. Birkhofer. 2017. An Estimated 400-800 Million Tons of Prey are Annually Killed by the Global Spider Community. Sci Nat, vol 104:30.
Sarma, S., D. Pujari & Z. Rahman. 2013. Role of Spiders in Regulating Insect Pests in the Agricultural Ecosysten -An Overview. JIARM: 100-117.
Sulfiantono, A. 2018. Desa Ramah Burung Ke Desa Wisata dan Tangguh Bencana. Kedaulatan Rakyat, 22 Desember 2018. Yogyakarta.
Taufiqurrahman, I., S. Harjanto & K. Suparno. 2019. Birds and coffee: Community-led Conservation in Jatimulyo Village, Yogyakarta, Java, Indonesia. BirdingASIA 32: 108–111.



You May Also Like

0 comments