Menoreh lumbung kopi Jogja

by - January 11, 2022


Naskah dan foto oleh Imam Taufiqurrahman 

Di lingkup Jogja, Kulon Progo menjadi wilayah penghasil kopi terbesar. Dan pada Perbukitan Menoreh lah lumbung kopi itu berada, lumbung kopinya Jogja.  

Mengacu “Statistik Perkebunan Indonesia 2018-2020”, luas total perkebunan kopi DIY diperkirakan mencapai 1.724 hektare. Kulon Progo menyumbang 1.453 hektare, setara dengan 84% dari luas total perkebunan kopi DIY. Dari jumlah itu, tiap tahunnya Kulon Progo mampu menghasilkan tidak kurang dari 435 ton kopi berasan atau green bean.

Seluruh area kopi tersebut tergolong usaha perkebunan rakyat. Milik orang per orang. Tidak ada kepemilikan dari perusahaan, baik swasta maupun negara. Khusus Kulon Progo, lahan perkebunan rakyat ini diusahakan oleh 5.317 petani. Terutama berasal dari desa-desa dalam wilayah Kepanewon Samigaluh dan Girimulyo, dengan sedikit tambahan dari Kokap dan Kalibawang. 

Yang menarik, dalam buku statistik terbitan Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian tahun 2019 itu, hanya jenis kopi robusta yang tercatat di Kulon Progo. Tidak ada sama sekali angka tertera untuk arabika. Hanya Sleman yang terdata memiliki area perkebunan kopi arabika. Per 2018, luasnya tercatat 46 hektare dengan produksi 12 ton.

Benarkah demikian?

Tentu saja tidak. Meski robusta sangat mendominasi, wilayah Perbukitan Menoreh Kulon Progo juga menghasilkan arabika. Arabika yang terbilang istimewa.

Keistimewaan itu terutama dari faktor elevasi. Umumnya, kopi arabika ditanam pada kawasan dengan ketinggian melebihi 1.000 meter di atas permukaan laut. Sementara, 90% lebih kawasan Menoreh, tempat kopi arabika dan robusta tumbuh, berada di bawah ketinggian itu. 

Arabika yang diproduksi oleh Kopi Sulingan berasal dari tanaman yang tumbuh di rentang ketinggian 600-800 meter. Elevasi yang sebenarnya tak lazim untuk jenis arabika. Namun, kondisi ini justru mampu menghasilkan kopi arabika yang unik, yang biasa disebut dengan arabika dataran rendah. 

Jumlahnya tanamannya terbilang langka, masih sangat sedikit. Sehingga, upaya penanaman beberapa varietas baru terus diupayakan, baik sebagai tanaman pekarangan maupun tumpangsari.

Secuil wilayah di atas ketinggian 1.000 meter terdapat di Kalurahan Gerbosari, Samigaluh. Di desa tersebut terdapat lokasi area wisata terkenal Puncak Suroloyo, sekaligus produsen kopi bernama Kopi Suroloyo.

Faktor ketinggian ini yang mungkin menyebabkan kopi arabika Kulon Progo tidak terdeteksi. Ditambah sistem penanamannya yang tumpangsari atau sebagai tanaman pekarangan, bisa saja makin menyulitkan arabika terdata.

Beruntung potensi besar dan unik ini telah disokong dengan hadirnya produsen kopi lokal. Masing-masing telah memiliki olahan robusta dan arabikanya sendiri. Di lingkup Girimulyo, selain Kopi Sulingan (Jatimulyo), terdapat pula Kopi Jebret dan Kopi Punggel (Purwosari). Sementara untuk lingkup Samigaluh, ada Kopi Suroloyo (Gerbosari), Kopi Menoreh dan Kopi Moka Menoreh (Sidoharjo) serta Kopi Mbajing (Pagerharjo). Terdapat pula produk yang mengusung nama Kopi Star Prog dan Kopiku. 

Kawasan Perbukitan Menoreh mungkin belum dikenal dalam peta perkopian nasional. Namun, geliat produsen-produsen kopi lokal yang ada itu tentu makin meneguhkan Perbukitan Menoreh sebagai lumbung kopinya Jogja.


You May Also Like

0 comments